Pages

January 14, 2012

Abstraksi Pikiran

Selama beberapa hari ini gw mungkin akan posting dengan label corat-coret aja karena gw belum dapet ide mau posting apaan selain kegundahan gw menjalani liburan. Ya, gimana lo gak gundah atau bahasa gaulnya yang lagi nge-trend adalah galau, kalau lo liburan hanya di rumah ditemani beberapa orang lanjut usia yang suka nonton bola dan ngerumpiin sesama orang lanjut usia lainnya yang mungkin juga suka ngerumpiin orang lanjut usia lain-lainnya (soalnya, gw nguping ceritanya sih gitu), dan barang-barang elektronik lainnya yang gak mungkin bisa lo ajak ngobrol tentang k-pop dunia perkuliahan.

Sounds lebay, eh? Yaa, terserah sih ya toh gw juga ngomong sendiri di dunia maya ini. Oh ya, ada dunia maya. Dunia buatan manusia yang gak berbentuk real tapi hebatnya lo bisa jadi terkenal hanya dengan mengupload video lo lagi nyanyi dengan suara pas-pasan. Ya gimana gak heboh kalau videonya diambil di kamar mandi sambil lo nari-nari striptease *amazed*. Dan bedanya dengan dunia nyata yang tempat tubuh lo, gw dan kita berada sekarang ini adalah lo gak perlu kendaraan roda satu, dua, tiga, empat, delapan atau yang gak beroda untuk menjelajahinya. Yang lo perlu hanya media tempat bercongkolnya internet(ini bahasa mana?) dan koneksi internet (sumpah, gw pengen ngomong kasar abis nulis ini)!! Dengan koneksi internet lo bisa jadi keren, men!! Lo gak perlu jadi orang kutuan yang garuk-garuk kepala sambil nahan emosi nungguin buffering video animal planet, atau jadi orang kuper gara-gara lo ketinggalan tweet-tweet heboh di timeline lo akibat dari pergaulan koneksi internet yang lo punya dengan koneksi internet orang lain kurang bebas *hahahahaa (pengalaman gw banget)*. Gw lagi mikir, apa yang harus gw ketik selanjutnya, mungkin titik? Oh ya, pasti titik.

Mungkin gw bakal ngungkapin pikiran-pikiran kotor gw aja kali ya. Ya, harus diakui kalau gw sering berpikir kotor tentang orang lain. Bukan kotor yang mengarah ke jorok tentang keintiman seseorang. Dan bukan juga kalau gw ketemu seseorang langsung gw telanjangin bulat-bulat orang itu di pikiran gw. Tapi lebih ke arah penilaian –sotoy- akan pribadi orang itu. Buat jaga-jaga aja sih, karena gw emang skeptis sama orang lain *ehehehe*. Dan sering kali, akibat dari penilaian gw itu, gw jadi jaga jarak dengan orang tersebut. Dan setelah itu, mau gak mau, gw harus merasa kasihan dengan orang tersebut. Ya, gimana lo gak kasihan kalo lo dengan diam-diam menghapus kesempatan orang itu untuk kenal lebih dekat dengan orang yang inshaAllah nantinya terkenal banget itu. Hahahahaahaha.... :D

Skeptis itu yang gimana sih? Oke, gw kasih contoh real dengan mengambil contoh temen satu kelas gw. Ada beberapa orang yang bersekutu dan boleh dibilang eksis di kelas karena... Sorry, gw kehilangan ide karena apa. Entahlah ya karena apa. Mungkin karena pengen, atau karena... (lagi-lagi gw kehilangan ide karena apa). Lupakan dan kita masuk ke paragraf berikutnya.

Menurut gw mereka ini memble sekali (emang ada sih satu yang memble banget asli cap kapak). Omongnya banyak dan terkesan selalu eksis di kelas. Yang tragis adalah ketika dia hidup hampir seperti parasit (menurut sumber kami) dengan menghisap sari-sari kehidupan dari indung. Si indung sudah sadar kalau dia adalah parasit, tapi mungkin dia berharap simbiosis itu bisa diubah menjadi saling memberi dan memanfaatkan. Tapi yaa, kalau lo sudah gak suka atau berpikir negatif tentang seseorang, seseorang itu akan terlihat selalu negatif di mata lo. Misalnya, orang tersebut lagi nulis santai dengan tampang innocent di depan kelas, tempat dosen duduk, lo akan secara otomatis berpikir kira-kira seperti ini,
“Sok kuasa banget sih tu orang. Ngerasa paling hebat kali ya duduk di kursi dosen.”

Atau kelas lo lagi ujian, si parasit dan indung duduk di satu spot yang berdekatan dan ketika satu spot itu dipindah, si parasit kaya anak ayam ngintil-ngintilin induknya duduk di spot yang juga berdekatan dengan si indung. Lo mungkin akan berpikir seperti ini,
“Hahahaa... miris banget nasib lo kawan! Emang lo hidup selamanya cuma makan nilai?”

Tapi gw gak berpikir seperti itu, itu levelnya beda sama penyakit skeptisisme milik gw. Kalo yang gw ceritain di atas sih dengki menurut gw. Dan gw diajarin mami gw gak boleh dengki sama orang lain. Hahahaha.. :D
Skeptis itu cenderung waspada, antisisapi antisipasi, atau paling mudahnya gak gampang percaya dengan omongan orang lain. Keadaan dimana lo akan berupaya sendiri mencari data-data atau informasi mengenai omongan orang tersebut dan mengacuhkan omongan orang lain sebelum lo menemukan buktinya. Bahkan walaupun itu keluarga lo atau temen terbaik lo yang ngomong, Ann? Emm, gak juga sih. Tapi terkadang iya. Sebenernya kalau lo jadi skeptik sama seseorang biasanya lo udah punya penilaian khusus juga yang jadi pertimbangan lo dalam menilai omongan orang itu pada saat itu. Jadi, emang tergantung sih kali ya. Gw soalnya gitu :P. Dan jujur gw suka ngerasa bersalah pada saat malam sebelum tidur waktu gw merenungi apa yang gw perbuat hari itu juga. Ini gak baik loh saudara-saudara, serius. Jujur aja, ini ngebuat gw yang tertutup semakin tertutup dan ngebuat gw gak peduli dengan keinginan orang yang pengen lebih dekat dengan gw. Istilahnya mungkin jaga jaraklah. Gw gak tertarik dan suka menganggap remeh omongan orang lain, yang akan gw lanjutkan dengan menilai orang tersebut sebagai orang yang gak seide dengan gw dan akhirnya menjauh perlahan dengan orang tersebut.

Gw kurang tahu ya apakah tokoh detektif fiksi ciptaan Conan Doyle itu apakah seorang yang skeptis juga atau hanya seseorang yang suka menganalisa saja. Tapi harapan gw sih, penyakit milik gw ini bisa berkembang jadi se-waspada dan se-imajinatif milik Sir Sherlock Holmes :)


Nb: buat lo yang masih penasaran tentang skeptis, bergooglinglah dan jadilah orang yang skeptis sesaat. Hahahahaa :D

0 komentar:

Post a Comment

Comment please !! :)